Penolakanmu terhadap diriku tak menggoyahkan aku untuk tetap berjalan di jalan menurut keakuanku. Keakuanku lebih kental dibandingkan dengan hubungan semu yang kita bina. Dan kesemuan itu jualah yang memicu kepergianmu. Dan lagi-lagi aku tak menyesali penolakanmu. Aku memang terluka, aku memang terjatuh, tapi setidaknya aku tak bergerak mundur dalam satuan waktu. benar adanya jika kita telah membuang waktu kita, tapi lagi-lagi waktu yang terbuang itu memberikan artinya sendiri dalam hidupku. Ya, aku belajar dari singkatnya manis yang kita kecap dan juga dari pahit yang kau sisakan di bagian akhir.
Seribu tanya masih menyisakan kesesakannya sendiri! Keingin tahuan masih jua membara dalam sisa bara yang padam. Dan yang kufokuskan bukanlah hasrat yang besar itu melainkan hanyalah pada kebutaan dan ketulianku pada sebuah sosok mati dalam keberadaanya di dalam duniaku.
Jemari tanganku tak bergerak akan kembalinya dirimu. Hatiku yang pernah kau siram bara panas hingga menorehkan kesakitan tak jua kupakai. Aku memilih bisu tak berucap walaupun kerap terdera akan suara dan tulisan yang kau buat.
No comments:
Post a Comment